Manufaktur di era modern menghadapi banyak tantangan besar yang dapat mengancam ketahanan bisnis (Business Resilience), seperti:
- Gangguan pasar energi global disebabkan oleh masalah geopolitik
- Permintaan yang terus mengalami perubahan dan tren menuju batch size one (permintaan produksi secara individual)
- Potensi downtime diluar rencana (unplanned downtime) yang mengakibatkan kerugian hingga $50 juta atau Rp. 814 miliar, seperti dilaporkan Wall Street Journal
Pada saat yang sama, sektor industri dituntut untuk bisa memenuhi target 1,5°C sebagaimana dalam kesepakatan internasional dalam Perjanjian Paris. Kesepakatan ini sebagai komitmen bersama untuk menghindari dampak buruk dari perubahan iklim dan pemanasan global akibat aktifitas industri yang masif.
Keberlanjutan Lingkungan dan Isu Utama Pemilihan Merek
Memang harus diakui, bahwa sektor industri berkontribusi besar terhadap perubahan iklim dan lingkungan. Karena itu tuntutan untuk menerapkan konsep keberlanjutan terhadap lingkungan pun semakin digaungkan.
Konsep keberlanjutan lingkungan juga telah menjadi isu utama yang mempengaruhi keputusan konsumen saat memilih brand.
Menurut survei dari OnePoll, bahwa 55% konsumen Amerika akan berhenti menggunakan produk dari suatu brand jika diketahui tidak berkomitmen pada keberlanjutan lingkungan.
Sementara itu, survey dari Ipsos Global Trends memberikan laporan yang lebih mengejutkan, dimana 63% responden dari 25 negara menyatakan lebih penting bagi mereka bahwa perusahaan berupaya melawan perubahan iklim dibanding membayar pajak dengan benar, seperti dikutip dari World Economic Forum.

Jika Suhu Global Tidak Mencapai Target 1,5°C Maka Dunia Dalam Bahaya!
Bumi diprediksi akan mencapai kenaikan suhu hingga 2,1°C pada tahun 2100. Pada tahun tersebut suhu global akan terus meningkat secara tak terkendali jika tidak mencapai target 1,5°C dimulai dari sekarang!
Jika kenaikan suhu global melebihi 1,5°C dibandingkan era pra-industri, dunia akan menghadapi dampak perubahan iklim yang jauh lebih parah dan meluas. Cuaca ekstrim, kenaikan permukaan laut, krisis pangan hingga migrasi umat manusia secara besar-besaran.
Publik Menuntut, Para Insinyur Pun Menyambut
Meningkatnya kesadaran publik terhadap perubahan iklim dan lingkungan akibat aktifitas industri yang masif, mendorong para ahli di bidang manufaktur untuk melakukan inovasi untuk mencapai target 1,5°C, dekarbonisasi dan keberlanjutan lingkungan tanpa mengorbankan skala ekonomi dan kualitas produksi.
Sehingga muncul dorongan untuk mengimplementasikan Digital Factory, seiring dengan meningkatnya tantangan manufaktur di era modern.
Dalam kesempatan berharga ini, tim Bawalaksana.id berkesempatan emas untuk membahas topik menarik tentang Digital Factory ini. Kami juga ingin membahas kaitan antara digitalisasi manufaktur dengan kemajuan otomasi industri di masa depan.
Kesadaran tinggi publik terhadap isu keberlanjutan lingkungan membuat inisiasi Digital Factory menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Disusul dengan semakin masifnya perkembangan dan implementasi IIoT, Artificial Intelligence dan Machine Learning di sektor industri.
Mengingat betapa krusial konsep Digital Factory atau Pabrik Digital untuk industri, kami merasa perlu untuk membahas tema ini secara lengkap dan mendetail.
Silahkan simak pembahasan eksklusif dari Bawalaksana.id berikut ini.

Apa itu Digital Factory?
Digital Factory adalah ekosistem di dalam organisasi yang dapat menyatukan dan menghubungkan antara manusia, proses industri, mesin dan teknologi untuk menciptakan manufaktur yang terpadu dan berbasis data.
Data menjadi vital dalam konsep Digital Factory karena menjadi modal untuk menciptakan proses yang berkualitas, meningkatkan produktivitas, efisiensi, keamanan dan keberlanjutan dalam lingkungan manufaktur dan dunia dalam lingkup yang luas.
Inisiasi Digital Factory berangkat dari visi yang jauh ke depan, serta kesadaran yang konstruktif untuk membangun industri yang mendukung keberlanjutan iklim dan lingkungan, sebagai upaya untuk mencapai target 1,5°C dan net zero factory pada tahun 2050.
Perlu kami informasikan, bahwa terminologi Digital Factory memiliki banyak arti yang secara garis besar memiliki tujuan yang sama dan saling terkait.
Berikut ini adalah beberapa pengertian tentang Digital Factory atau Pabrik Digital yang telah kami rangkum dari berbagai sumber terpercaya:
Digital Factory Sebagai Tempat Terjadinya Perubahan
Mengutip dari McKinsey dalam artikel berjudul Welcome to The Digital Factory, bahwa Pabrik Digital adalah “lokasi konstruksi” yang menjadi tempat terjadinya perubahan. Di dalam pabrik ini terdiri dari tim lintas fungsi yang berdedikasi dan bekerja sama dalam program perubahan bisnis.
Mereka menyerupai pekerja pabrik karena mereka menggunakan alat yang dapat digunakan kembali dan proses yang dapat diulang untuk membangun produk tertentu dalam bentuk pengalaman, layanan atau solusi baru.
Hal yang serupa dijelaskan oleh OpenText™ dalam artikel, What is a Digital Factory, bahwa Pabrik Digital adalah model organisasi untuk menciptakan dan memelihara satu atau lebih produk, layanan atau pengalaman digital. Sebuah organisasi dapat mendirikan sejumlah pabrik digital dimana pada setiap pabrik digital terdiri dari tim lintas fungsi yang bekerja secara vertikal dan sepenuhnya menangani elemen siklus hidup penciptaan produk digital, mulai dari analisis peluang bisnis dan pengembangan pengalaman pengguna hingga manajemen backlog, pengembangan aplikasi, pengujian, penerapan dan operasi yang sedang berlangsung.
Singkatnya, penjabaran yang diberikan oleh McKinsey dan OpenText™ ini lebih spesifik kepada industri yang bisa menciptakan solusi untuk konsumen dalam bentuk digital.
Ekosistem yang Menyediakan Semua Arus Informasi Terhubung Secara Digital
Mengutip white paper dari Brainport Industries berjudul Digital Factory of the Future, bahwa Digital Factory merupakan ekosistem dimana semua arus informasi terhubung secara digital, lancar dan aman, baik secara internal maupun di seluruh rantai.
Transformasi ini bertujuan untuk menciptakan nilai ekonomi berbasis data. Sebab industri manufaktur menghasilkan banyak data yang berpotensi mewakili nilai ekonomi yang besar.
Melalui proyek ini, maka perusahaan dapat meningkatkan kinerja operasional, mengembangkan layanan baru dan mengatasi tantangan publik. Yaitu dengan mengubah data menjadi faktor produksi yang lengkap.
Penjelasan dari Brainport Industries ini lebih mengarah kepada transformasi digital untuk sektor industri dan manufaktur. Melalui cara menghubungkan semua arus informasi secara digital untuk mendapatkan insight yang bermanfaat dan meningkatkan nilai ekonomi berbasis data.
Model Virtual yang Merepresentasikan Bentuk Utama dari Pabrik
Dalam artikel berjudul, The Digital Factory and Connected Data are The Future of Manufacturing yang dipublikasikan oleh Autodesk menjelaskan, bahwa Digital Factory adalah model virtual bersama yang merepresentasikan karakteristik utama dari sebuah pabrik (seperti geometri, perilaku dan kinerjanya) yang menampilkan konvergensi seluruh jaringan digital di dalam fasilitas dan operasionalnya.
Representasi digital ini menggabungkan (baca: menghubungkan) data dari struktur, sistem, aset dan proses yang ada. Hal ini memberikan wawasan kepada owner perusahaan tentang cara merancang, membangun dan mengelola fasilitas, serta bagaimana mengonfigurasinya kembali, serta bagaimana memaksimalkan efisiensi dan produktifitas pada setiap aset.
Ekosistem ini adalah terbuka (bebas) dari silo organisasi sehingga memungkinkan kolaborasi secara real-time, pengambilan keputusan yang lebih cerdas dan hasil yang lebih baik.
Jika diperhatikan, penjabaran dari Autodesk ini lebih mendetail daripada beberapa pengertian yang telah kami sebutkan sebelumnya. Dimana Pabrik Digital memiliki kembaran digital (Digital Twin) yang dapat merepresentasikan pabrik secara menyeluruh.
Dengan begitu, pemilik perusahaan dapat mengelola, berkolaborasi dengan seluruh departemennya dan menyesuaikan operasionalnya secara efektif berdasarkan tantangan yang dihadapi.
Jaringan Dinamis yang Mengatur Fasilitas Produksi
Menurut German Edge dalam publikasi berjudul, Digital factory: Definition, Advantages, Implementation, menjelaskan bahwa Pabrik Digital adalah jaringan dinamis dari berbagai model, metode dan alat digital yang digunakan untuk merencanakan dan mengoperasikan fasilitas produksi.
Pabrik Digital lebih dari sekedar pencatatan dan evaluasi data produksi secara real-time, namun juga melibatkan proses bisnis, perencanaan dan pengelolaan aliran produksi yang lengkap.
Digital Twin sebagai bagian darinya dapat menghubungkan lantai produksi hingga lantai atas. Yaitu mencakup lini produksi, rantai pasokan, operasional pabrik dan perencanaan virtual. Pabrik ini beroperasi berdasarkan data dan terus berubah sesuai dengan persyaratan dan teknologi baru.
Lebih dari Sekedar Digital Twin atau Smart Factory
Masih menurut sumber yang sama, bahwa Digital Factory adalah lebih dari sekedar Digital Twin dan Smart Factory.
Digital Twin (kembaran digital) adalah cerminan dari pabrik itu sendiri secara virtual, dengan karakteristik dan jalur operasional yang sama.
Namun, proses produksi yang terjadi secara real (fisik) dan kembaran digitalnya dapat berinteraksi secara intensif satu sama lain. Hal ini sangat berguna untuk melakukan evaluasi proses atau perencanaan dalam menciptakan konsep pabrik/produk yang baru berdasarkan data.
Meski demikian, kembaran digital tetap terbatas pada pabrik itu sendiri dan tidak menyertakan data dari lingkungan bisnis secara menyeluruh atau supply chain.
Konsep Digital Twin yang sempurna dapat menghasilkan Smart Factory yang sebenarnya dengan mesin yang dapat mengatur prosesnya sendiri. Yaitu dengan menggunakan teknologi berbasis cyber-physical systems dan intelligent networking yang menghubungkan antara mesin dan proses produksi melalui Internet of Things (IoT).
Integrasi antara Operational Technology (OT) dan Information Technology (IT)
Menurut Cognizant dalam glossary-nya menjelaskan bahwa Digital Factory adalah fasilitas produksi tempat dimana orang, mesin, bahan baku dan produk memiliki informasi yang saling terhubung terkait semua tahapan dalam proses produksi secara instan.
Integrasi ini didukung oleh sensor yang cerdas, penyimpanan cloud yang mudah dijangkau dan analisis Big Data. Pabrik ini menggabungkan data dan kecerdasan dari sistem Operational Technology (OT) dan Information Technology (IT) yang sebelumnya terisolasi (berdasarkan silo dan tidak saling terhubung).
Gambaran Visual dari Manufaktur untuk Mempercepat Proses Inovasi dan Pengembangan Produk
Dalam Jurnal Manajemen Teknologi dari Media Neliti berjudul Implementasi Digital Factory pada Industri Manufaktur Skala Menengah, dijelaskan bahwa Digital factory merupakan gambaran visual dari proses dan sistem manufaktur secara keseluruhan, yang digunakan untuk mensimulasikan desain, perencanaan dan evaluasi, baik dari sisi pengembangan proses dan sistem yang sudah ada maupun proses dan sistem yang baru.
Digital Factory dapat digunakan untuk bereksperimen mengenai rancangan sistem kerja dengan berbagai macam alternatif dengan mudah, tanpa mengganggu sistem dan proses kerja yang sedang berjalan (Kurkin dan Bures, 2011).[1]
Sementara itu, fungsi utama dari Digital Factory adalah memodelkan, mensimulasikan dan memvisualisasikan data, informasi dan kondisi lingkungan sedekat mungkin dengan kondisi sebenarnya.
Digital factory membantu dalam mempercepat proses inovasi, terutama dalam sistem produksi dan proses pengembangan produk.
Konsep ini telah berhasil meningkatkan efisiensi waktu dan biaya di berbagai industri, terutama di industri otomotif, alat berat, penerbangan, perkapalan, elektronik, hingga industri barang konsumsi sehari-hari (FMCG).
Demikianlah beberapa makna dari Digital Factory atau Pabrik Digital yang telah kami rangkum dari berbagai sumber. Semua pengertian dari Digital Factory diatas adalah saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.
Pada intinya, Digital Factory adalah integrasi teknologi digital ke dalam operasional manufaktur dengan menciptakan ekosistem pintar, dimana data dikumpulkan dari berbagai sensor dan input, kemudian digunakan secara cerdas untuk mendapatkan nilai ekonomi yang dapat diskalakan.
Untuk memberikan pemahaman yang menyeluruh dari Pabrik Digital dan bagaimana interpretasinya dalam dunia nyata, mari kita simak penjelasan selanjutnya berikut ini.

Masa Depan Otomasi Industri dalam Ekosistem Digital Factory
Ekosistem Digital Factory berada dalam pusaran data dengan transparansi penuh dan membuka pembatasan akses data berdasarkan silo.
Sebagaimana yang telah kami sebutkan sebelumnya, bahwa Pabrik Digital dibangun diatas konsep jaringan yang dinamis berbasis data, serta saling terhubung antara manusia, proses industri, mesin dan teknologi.
Hal ini juga mencakup lini produksi, rantai pasokan hingga perencanaan virtual untuk mempercepat proses inovasi dalam sistem produksi dan proses pengembangan produk.
Namun demikian, 91% dari 200 perusahaan di Jerman yang telah berinvestasi dalam Digital Factory, hanya 6% saja yang telah mencapai konektivitas secara penuh.
Demikianlah data yang disebutkan oleh PricewaterhouseCoopers (PwC) dalam publikasi berjudul, Digital Factory 2020 Shaping the Future of Manufacturing.
Padahal ada banyak benefit yang dapat diperoleh perusahaan dengan adanya transformasi digital ini seperti:
- Time to market menjadi lebih cepat
- Manufaktur memiliki agility lebih baik untuk merespon pasar
- Dapat mencapai kustomisasi yang lebih luas untuk memenuhi permintaan yang terus dinamis
- Meningkatkan efisiensi operasional
- Meningkatkan daya saing secara global, keberlanjutan dan ketahanan bisnis
Oleh karena itu, akuisisi data dan pemrosesan data menjadi sangat penting untuk diperhatikan, jika perusahaan Anda berencana untuk melakukan transformasi digital menuju manufaktur cerdas.
Berikut ini adalah gambaran umum tentang masa depan otomasi industri dalam ekosistem Digital Factory yang beroperasi berdasarkan data.
Beberapa contoh implementasi di bawah ini akan memberikan gambaran umum tentang apa yang bisa dilakukan Digital Factory untuk industri Anda di masa depan.

Fasilitas Produksi Mobil Audi Mencapai Produksi Netral Karbon
Pada tahun 2020, perusahaan besar mobil asal Germany, yaitu Audi, mengumumkan program Mission:Zero sebagai bagian dari komitmen mereka untuk mencapai netralitas karbon secara menyeluruh di seluruh operasi produksi dan logistiknya.
Program ini merupakan peta jalan Audi untuk mengurangi jejak ekologis kendaraan dan proses produksinya, dengan target utama mencapai produksi netral karbon di semua fasilitas produksi pada tahun 2025.
Beberapa fasilitas produksi yang berhasil mencapai misi Net Carbon Neutral Production adalah Audi Brussels pada tahun 2018, Audi Hungary pada tahun 2020 dan Ingolstadt pada 2024.
Pertanyaannya, bagaimana Audi dapat mencapai target yang luar biasa ini?
Kabar baiknya, kami akan menceritakan apa rahasia dibalik kesuksesan untuk fasilitas produksi milik Audi ini, khususnya di wilayah Ingolstadt.
Adapun diantara teknologi penting yang diadopsi oleh Audi untuk mencapai target ini adalah seperti berikut:

- PLCnext Technology
PLCnext Technology adalah teknologi inti dalam sistem otomasi industri dan perangkat penting untuk melakukan integrasi data dalam Digital Factory.
PLCnext Technology menyediakan ekosistem terbuka dengan banyak antarmuka dari sensor hingga cloud, memungkinkan aliran informasi yang berkelanjutan dan realtime dalam proses produksi.
Teknologi ini juga telah dilengkapi dengan fitur keamanan siber sesuai standar internasional IEC 62443-4-2. Sehingga dapat menjaga integritas data dan sistem otomasi dari ancaman digital, untuk memastikan tingkat keamanan yang tinggi dalam lingkungan produksi digital dan saling terhubung.
- EEM-MA 370 Multi-Functional Energy Measuring Device
Energy Measuring Device (EEM-MA 370) sangat critical untuk memantau konsumsi energi di fasilitas produksi milik Audi secara realtime. Perangkat ini memberikan transparansi data yang detail terkait aliran energi dan notifikasi dini jika terdapat indikasi kerusakan sistem.
Bahkan, perangkat ini dapat membantu untuk mendeteksi potensi penyimpangan terkecil dari kualitas yang ditunjukkan pada tahap awal. Dengan begitu perbaikan dapat dilakukan segera untuk menghindari pemborosan energi dan emisi yang berlebih.
Oleh karena itu, EEM-MA 370 Multi-Functional Energy Measuring Device menjadi teknologi vital untuk membantu meningkatkan kualitas, ketersediaan dan adaptabilitas proses produksi. Contohnya, dengan meminimalkan waktu idle (no-load) dan mengurangi jumlah bodi mobil yang ditolak, sehingga pabrik dapat menghindari pemborosan energi dan peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) terkait proses produksi yang tidak efisien.
- RFC 4072S Safety Controller
Pengontrol terkait keselamatan RFC 4072S merupakan inti dari solusi otomasi pada sektor body shop untuk fasilitas Audi. Teknologi ini dapat memastikan keselamatan fungsional dalam pembuatan kendaraan. Sehingga proses produksi tidak membahayakan keselamatan pekerja, mesin dan kualitas kendaraan yang dibuat.
Selain itu, Safety Controller juga menawarkan diagnostik komprehensif untuk semua proses dan data komunikasi yang relevan. Fitur ini membantu dalam memonitor semua proses produksi dan data yang penting untuk komunikasi antar perangkat, sehingga jika ada masalah bisa segera terdeteksi dan diperbaiki.
RFC 4072S Safety Controller mendukung bahasa pemrograman standar untuk PLC seperti IEC 61131-3 hingga C/C++ dan C# untuk aplikasi realtime yang kompleks.
Demikianlah diantara teknologi yang digunakan oleh fasilitas Audi di Ingolstadt untuk mencapai target Net Carbon Neutral Production atau Net Zero Emission (NZE) seperti yang disebutkan dalam With Open Automation Into The Electrified Future.
Melalui platform otomasi yang terbuka dan cerdas (PLCnext), Audi dapat mengurangi jejak karbon produksi, serta melakukan pemantauan konsumsi energi, optimalisasi proses produksi tanpa mengesampingkan tingkat keamanan siber yang tinggi. Hingga akhirnya, pencapaian produksi netral karbon dapat diraih pada Januari 2024 silam.

Proyek Building Automation dengan Zero Net Energy
Pada tahun 2015, California Public Utilities Commission (CPUC) menerbitkan rencana ambisius untuk pengembangan bangunan dengan energi nol bersih (Zero Net Energy).
Dalam rencana tersebut disebutkan, bahwa semua konstruksi residensial baru menjadi Zero Net Energy pada 2020. Sementara itu, semua konstruksi komersial baru dan 50% bangunan komersial yang sudah ada akan menjadi Zero Net Energy pada 2030.
Sebagai informasi, bahwa Zero Net Energy (ZNE) menurut CPUC adalah bangunan yang seimbang dari segi energi yang dikonsumsi dan yang diproduksi. Adapun energi yang diproduksi dalam hal ini adalah energi terbarukan yang berada di lokasi.
Artinya, bangunan dituntut agar bisa memproduksi jumlah energi yang sama dengan total energi yang dikonsumsi selama setahun penuh atau lebih banyak daripada itu.
Setelah publikasi dari CPUC ini dirilis, kontraktor bangunan di California—demikian pula di seluruh dunia—berupaya mencari cara yang kreatif untuk menerapkan Nero Net Energy.
Contoh Terbaik dalam Digital Factory untuk Sektor Building Automation
Adalah EnergyIQ sebagai World-Class Training Facility berbasis di California menjadi contoh yang sangat baik dalam memenuhi target Zero Net Energy yang ditentukan oleh CPUC.
Setelah mengimplementasikan konsep Digital Factory pada bangunannya, EnergyIQ dapat meraih pencapaian seperti beberapa poin berikut:
- Bangunan mengurangi penggunaan listrik lebih dari 50%
- Menghasilkan energi 1,25 kali lebih banyak dari konsumsi tahunan
- Mampu beroperasi secara off-grid selama beberapa hari
- Mengurangi emisi karbon dioksida (CO₂) lebih dari 500 metrik ton per tahun
- Mengurangi konsumsi energi untuk pencahayaan, pemanasan dan pendinginan
Lebih dari itu, bahwa fasilitas EnergyIQ dapat menyimpan kelebihan energi yang diproduksi, sehingga dapat beroperasi meskipun terjadi gangguan jaringan atau ada lonjakan permintaan yang tinggi.
Jika bangunan kehilangan daya utamanya, sistem Photovoltaic (PV) atau panel surya bertindak sebagai UPS untuk seluruh bangunan.
Melalui pencapaian ini, fasilitas EnergyIQ menjadi role model bagi kontraktor bangunan yang lain untuk bisa mencapai standar Net Zero Energy. Mereka dapat melihat langsung pusat pelatihan ini sebagai standar terbaik untuk implementasi efisiensi energi melalui konsep Digital Factory.

Bagaimana Fasilitas EnergyIQ Sukses Merealisasikan Konsep Energi Nol Bersih?
Fasilitas EnergyIQ melakukan cara yang unik untuk mencapai Zero Net Energy melalui penerapan Building Automation yang dapat mengendalikan berbagai fungsi teknis di dalam gedung secara terpusat dan efisien.
Building Automation System berfungsi untuk mengintegrasikan berbagai sistem ke dalam satu jaringan untuk dimonitor dan dikontrol secara otomatis, seperti sistem kelistrikan (energi), mekanik, HVAC, pencahayaan dan yang lainnya.
Berikut ini adalah infrastruktur otomasi bangunan yang menyusun fasilitas EnergyIQ:
- Integrasi Sistem Otomasi dan SCADA
EnergyIQ mengimplementasikan sistem SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition) yang komprehensif untuk memantau dan mengendalikan seluruh aspek konsumsi dan produksi energi di fasilitas tersebut.
Sistem ini mengelola hampir 600 power meter, ratusan sirkuit pencahayaan, sistem HVAC efisiensi tinggi, sistem pendingin dan pemanas sentral, sistem kaca elektrokromatik, serta integrasi dengan panel surya dan baterai.
- Panel Surya dan Sistem Penyimpanan Energi
Fasilitas ini mengoperasikan panel surya berkapasitas 500 kW, empat inverter DC/AC, tiga sistem baterai grid-style dan delapan charging stations untuk kendaraan.
Dengan kapasitas sebesar ini fasilitas EnergyIQ dapat memproduksi energy 1,25 kali lebih banyak dari kebutuhannya sendiri selama setahun penuh. Setiap kelebihan energi yang diproduksi disimpan pada grid-style battery systems untuk digunakan saat terjadi gangguan jaringan atau permintaan tinggi.
- Controller untuk Integrasi Sistem
Fasilitas EnergyIQ menggunakan ILC 2050 BI Controller dari Phoenix Contact yang berperan sebagai otak dalam menjalankan sistem otomasi di berbagai sektor infrastruktur di dalam gedung.
Dalam kasus ini, fasilitas ini menggunakan platform Niagara untuk integrasi serta manajemen data dari berbagai sistem dan pelaporan yang komprehensif. Perpaduan antara platform niagara dan ILC 2050 BI Controller memungkinkan Building Automation di fasilitas ini berjalan dengan efisien dan handal.
Demikianlah diantara informasi tentang implementasi Digital Factory yang diterapkan oleh fasilitas EnergyIQ untuk mencapai target Zero Net Energy seperti yang telah disebutkan dalam Building Automation: World-Class Training Facility Achieves Net Zero Energy.
Demikianlah dua contoh dari implementasi Digital Factory pada manufaktur Audi di Ingolstadt dan fasilitas EnergyIQ di California. Keduanya adalah diantara sekian banyak case study dan perjalanan sukses implementasi Digital Factory yang dapat menghasilkan efisiensi energi optimal, produktifitas, keberlanjutan dan net zero emission untuk mencapai target 1,5°C pada 2050.
Kami akan menyebutkan beberapa case study yang lainnya pada artikel selanjutnya.
Baca Juga: Industrial Wireless Communication: Otomasi Industri Tanpa Kabel dan Coding Dengan Radioline |

Bagaimana Langkah Awal untuk Membangun Digital Factory?
Membangun Digital Factory di era modern bukan hanya menjadi hal baik untuk dilakukan, melainkan sudah menjadi keharusan. Pada saat yang sama, perusahaan sedang menghadapi tantangan besar secara global dengan persyaratan industri yang menuntut keberlanjutan terhadap lingkungan.
Sementara itu, kesadaran konsumen terhadap perubahan iklim dan lingkungan sebagai dampak industrialisasi juga semakin besar.
Konsumen pada hari ini lebih cenderung memilih brand yang bisa memberikan dampak positif terhadap lingkungan serta kurang bersedia membeli produk dari perusahaan dengan praktik lingkungan yang buruk.
McKinsey menyebutkan hasil survey pada tahun 2023, bahwa produk dengan klaim Environmental, Social, and Governance (ESG) mengalami pertumbuhan penjualan rata-rata 28% dalam 5 (lima) tahun terakhir.
Kenyataan ini telah mendorong perusahaan ataupun brand di seluruh dunia untuk bisa menunjukkan komitmennya terhadap lingkungan, termasuk diantaranya untuk mencapai target 1,5°C sebagaimana yang tertuang dalam Perjanjian Paris.
Sebagaimana yang telah kami jelaskan dalam artikel ini, bahwa Digital Factory merupakan solusi yang terbaik untuk menghadapi berbagai tantangan di sektor Industri.
Implementasi Digital Factory menawarkan efisiensi, keandalan dan keberlanjutan, disertai bukti nyata bahwa konsep ini mampu menciptakan industri dengan Net Carbon Neutral dan Zero Net Energy.
Digital Factory yang beroperasi berbasis data menawarkan ketahanan bisnis yang baik untuk perusahaan Anda. Transformasi digital pada sektor manufaktur meningkatkan kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan cepat untuk menghadapi berbagai tantangan global dan fluktuasi permintaan yang ekstrem.
Pertanyaannya, bagaimana menerapkan konsep Digital Factory untuk perusahaan yang aktif beroperasi dan memiliki sistem yang sudah berjalan selama beberapa tahun?

PT. Bawalaksana Central Industrial sebagai Authorized System Integrator dari Phoenix Contact dapat memberikan solusi paripurna dan komprehensif untuk melakukan transformasi digital untuk perusahaan Anda.
Kami menyediakan IIoT Framework yang dapat mengintegrasikan Operational Technology (OT) dan Information Technology (IT) secara praktis dan dapat diskalakan.
Industrial Internet of Things Framework adalah bridging (jembatan) yang dapat menghubungkan lingkungan brownfield dan greenfield secara mulus tanpa memaksanya untuk melakukan perubahan secara drastis.
Terlepas berada di fase apa perusahaan Anda saat ini, digitalisasi manufaktur dapat direalisasikan dengan mudah secara bertahap sesuai dengan kebutuhan di industri Anda.
Melalui strategi yang tepat dalam menjalankan digitalisasi manufaktur, maka perusahaan atau infrastruktur apa pun dapat bergerak menuju ke arah ini tanpa harus dengan investasi besar-besaran. Yaitu dengan melakukan pembaruan teknologi secara bertahap dan terus berproses dengan membawa mindset yang tepat.
Digital transformation adalah suatu proses dan perlu dimulai secara vertikal dari level atas hingga bawah dengan growth mindset dan memiliki sikap yang konstruktif.
Maknanya adalah bahwa kita perlu memiliki visi yang jauh ke depan, terbuka terhadap ide-ide baru, perspektif yang positif dan solusi inovatif yang unik.
Pada intinya, Digital Factory adalah integrasi teknologi digital ke dalam operasional manufaktur dengan menciptakan ekosistem pintar dimana data dikumpulkan dan digunakan secara cerdas untuk mendapatkan peningkatan nilai ekonomi.
Data adalah kunci vital dalam pabrik digital untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, keamanan dan keberlanjutan dalam lingkungan manufaktur secara khusus dan dunia dalam lingkup yang luas.
Oleh karena itu, melalui visi besar ini, sudah sepatutnya kita memahami konsep Digital Factory secara komprehensif dan luas. Berangkat dari mindset yang tepat dan integrasi data yang totalitas serta tidak hanya sekedar mengikuti tren.
Semua itu dengan tujuan meningkatkan keberlanjutan, meningkatkan produktivitas, meminimalkan risiko keamanan dan memaksimalkan keamanan siber.
Apakah perusahaan Anda sudah siap menyambut tantangan besar di sektor industri modern dan cerdas di masa depan?
Mulai implementasikan Digital Factory dari sekarang untuk meningkatkan kepercayaan konsumen dan mewujudkan industri yang ramah lingkungan.

Romanta Pinrih Linuwih
Pneumatic Automation System Expert
Artikel ini ditulis dengan kolaborasi bersama Romanta Pinrih Linuwih, ahli di bidang Pneumatic Automation System, untuk memastikan keakuratan dan kualitas tulisan terbaik.
REFERENSI:
[1] Kurkin, O. & Bures, M. (2011). Evaluation of operational times by MTM Methods in the Digital Factory Environment. Annals of DAAAM the 22nd International DAAAM Symposium, Vienna, Austria, 2011, 22 (1), 671-672.